Your visitor number . . .

Pengganti Cinta yang Hilang

Dear para blogger yang setia membaca setia memahami setia membuka setia mengunjungi, ya intinya setia lah yaa.

Jadi, pas gue buka sana sini si laptop gue, sumpah, ini laptop sudah butek sudah beset-beset sudah aneh aneh deh, tapi tetep aja gue sayang *asseeekkkk* hahahaha.

Tiba-tiba gue buka salah satu folder yang judulnya "pelajaran" pas gue buka, ada file namanya "cerpen aku" pas gue buka, ternyata itu tugas bahasa indonesia yang disuruh sama guru gue tercintah *uhuk* buat cerpen.

Jadi, ini ceritanya. 


Pengganti Cinta yang Hilang

Semua bermula dari sebulan yang lalu. Awal bulan Februari, seorang laki-laki remaja berjalan di taman bersama kucing peliharaannya. “Coco, ayo kita pulang!”, kata laki-laki tersebut. Coco si kucing tidak menghiraukan laki-laki tersebut, dan berlari ke suatu tempat, dan lelaki tersebut mengikuti Coco dan sampai di tengah taman. Ternyata ada seorang perempuan yang sedang tidur. Laki-laki tersebut menunggu hingga perempuan tersebut tebangun. Setengah jam kemudian, perempuan tersebut bangun dari  tidurnya. “Akhirnya, kamu bangun juga!”, kata laki-laki itu. “Hah! Siapa kamu?” teriak perempuan tersebut karena kaget. “Aku Ryan dan ini Coco, kucingku! Tidak usah teriak, bikin malu aku saja. Nanti dikira aku ngapain kamu lagi. Lagi apa kamu di sini?”, tanya Ryan. “Huh. Aku Mily! Niatnya ingin menjernihkan pikiranku saja. Tapi jadi tertidur.”, kata Mily. Ryan berkata, “Siapa yang nanya namamu? Haha. Kamu ada masalah? Cerita saja ke aku”. “Hmm…(jengkel) Aku lelah, harus belajar terus menerus untuk mengikuti test masuk Universitas yang ku inginkan, padahal aku tidak suka”, jawab Mily. “Perempuan yang menyedihkan! Haha…”, kata Ryan bercanda. “Huh!! (dalam hati) Menyebalkan”, kata Mily jengkel dan langsung pergi dan berkata, “Selamat tinggal!”. “Lho? Mau kemana, Mil?”, tanya Ryan. “Aku ingin belajar lagi, di perpustakaan! Aku memang perempuan yang menyedihkan. Huh!”, jawab Mily. “Haha… Jangan dimasukkan ke hati!”, kata Ryan. Ryan langsung menarik tangan Mily dan berkata, “Ayo! Ada tempat yang lebih baik dari perpustakaan”. Mily berkata, “Kemana?”. Ryan hanya diam dan terus menarik Mily sambil menggendong Coco.
            Tak lama mereka berjalan, sampailah mereka di suatu tempat. Dimana semua orang yang datang ketempat itu mendapatkan ketenangan yang baik. “Dimana ini, Yan?”, tanya Mily. “Sebenarnya, aku juga tidak tahu ini dimana, tapi saat aku berjalan-jalan bersama Coco, Aku dan Coco berjalan terus menerus hingga  menemukan tempat ini dan kami langsung beristirahat dengan tenang  di sini”, jawab Ryan. “Iya! Kalau aku belajar di sini, pasti nyaman”, kata Mily senang. “Huuamm… Sorry, aku ngantuk! Aku tidur dulu ya, kamu belajar saja dulu!”, kata Ryan. Coco, si kucing ikut tidur di samping Ryan.
           Beberapa saat kemudian, Ryan terbangun dari tidurnya. Saat terbangun Ryan melihat, Mily juga tertidur. Sambil menunggu Mily bangun, Ryan mengambil buku tulis milik Mily dan mengecek jawaban dari Mily. Tiba-tiba Mily terbangun. “Jawabanmu ini banyak yang salah!”, kata Ryan. Mily langsung berkata, “Banyak yang salah? Memangnya kamu tahu? Haha…”. “Aku inikan salah satu mahasiswa di Universitas ternama, dan saat aku mengikuti test masuk Universitas, prestasiku yang terbaik! (Sok pintar, tapi memang pintar). “Wah! Iya sih, mukamu kelihatan pintar”, kata Mily menghibur. “Terima kasih! (muka memerah)”, kata Ryan malu. “Mily, besok datang saja ke rumahku. Ryan, akan membantumu lulus test!”, kata Ryan semangat. “Berarti, kamu jadi guru privatku dong?”, tanya Mily. Ryan hanya diam dan mengajak Mily pulang.
            Keesokan harinya, Mily datang ke rumah Ryan dengan bersemangat, tak tahu kenapa dia bersemangat seperti ini. Setelah sampai di rumah Ryan, Mily mengetuk pintu dan langsung dibukakan pintu oleh Ryan dan Coco, Mily diajak ke ruang tamu dan langsung belajar. “Ayo, kita ke ruang tamu saja dan langsung belajar!”, kata Ryan. “Ayo!”, jawab Mily. Detik berganti menit, dan menit-pun berganti menjadi jam hingga jam makan siang telah tiba, mereka tetap belajar sambil bercanda bersama dengan Coco. Tiba-tiba Ryan mengajak Mily keluar rumahnya. “Mily, ayo kita keluar untuk mencari udara segar! Sekalian kita belajar, bagaimana kalau kita ke tempat yang kemarin?”, kata Ryan. “Baiklah!”, jawab Mily.
            Sesampai di tempat kemarin. “Wah! Kamu mengerjakan soal-soal ini dengan baik dan benar. Pasti kamu bisa lulus! Asalkan kamu tidak melupakan semua pelajaran yang ku berikan.”, kata Ryan. “Iya, iya! Aku tidak akan melupakan semua pelajaran yang kamu berikan”, kata Mily.
            “Baiklah, Mil. Aku pergi sekarang, tak ada yang kamu butuhkan lagi dari aku, jadi sekarang aku pergi. Jaga dirimu baik-baik ya, jangan lupakan aku!haha. Dah, Mily!”, kata Ryan. Mily langsung menarik tangan Ryan dan berkata, “Jangan pergi! Aku tidak ingin Ryan pergi dari sini. Karena… Karena, aku menyukaimu!”. “Aku juga!”, jawab Ryan dengan santai. “Tapi kan aneh, aku tidak tahu apa-apa tentang kamu!”, kata Mily. “Seharusnya aku yang harus bilang begitu! Ketika Coco menghampirimu dan aku mengikuti Coco, aku tiba-tiba saja menyukaimu tanpa mengetahui apa-apa tentang kamu, aku ingin mendengar suaramu, karena dari itu, aku menunggumu hingga kamu bangun”, kata Ryan. “Hmm…(malu)”, kata Mily. “Mily kamu harus lulus ya nanti, hingga hari pengumuman test telah sampai, kita jangan bertemu dulu, nanti amu tidak konsentrasi!”, kata Ryan. “Baiklah! Aku pasti lulus,dan jangan lupa rayakan kelulusanku ya, kalau aku lulus?”, kata Mily. “Baiklah! Aku akan menjemputmu di universitas ersebut dan akan membawakanmu karangan bunga. Berjuanglah!”, jawab Ryan.
            Setelah Ryan berbicara seperti itu, Mily lebih bersemangat belajar lagi dan sangat giat hingga tak kenal lelah selama seminggu, dan hari test pun tiba, selama tiga hari Mily menjalani test tersebut dan Mily menuggu hari kelulusan tiba, dan tibalah hari yang ditunggu Mily hari dimana dia akan ditentukkan lulus atau tidak dan hari dimana Mily akan bertemu lagi dengan Ryan. Dan ternyata Mily lulus, “Wah! Aku lulus, ini berkat Ryan, aku tidak sabar menunggu Ryan datang. Mily lari menuju gerbang, tetapi sebelum dia sampai di depan gerbang di menabrak seseorang lelaki, “Maaf!”, kata Mily. “Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja kan?”, tanya lelaki itu. “Tidak apa-apa kok saya! kamu, yang duduk dekat aku kan ketika test? Selamat ya, kamu juga lulus! Oh ya, aku buru-buru, maaf ya!”, kata Mily. Mily, menunggu di depan gerbang Universitas tempat dia melakukan test, menunggu Ryan datang. Tapi, selama apapun Mily menunggu, Ryan tak kunjung datang juga.
            Beberapa hari kemudian, Mily telah memasuki universitas dan sebagai mahasiswi tetap, bukan sebagai pelaksana test. Tetapi, pada awal masuk universitas, Mily malah terlambat dan hamper pintu gerbang tertutup, dia berlari memasuki kelas dan dia mendapat hukuman dari dosen yang sedang mengajar di kelasnya, “Hari pertama sudah terlambat, gimana dengan hari-hari berikutnya?”. “Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud terlambat! Maaf sekali lagi, Pak!”, jawab Mily. “Baik, karena ini hari pertamamu masuk di universitas ini, bapak memaafkanmu. Tapi jangan pernah terlambat lagi ya! Nama kamu siapa?”, kata dosen. “Baik, Pak! Saya Mily.”, jawab Mily. “Baik, Mily. Kamu duduk di sana!”, kata dosen. Dosen menunjuk ke tempat duduk yang seharusnya Mily tempati, dan ternyata Mily duduk di sebelah laki-laki yang pernah bertabrakkan dengan Mily tempo hari. “Baik, Pak!”, jawab Mily.
            Mily berjalan kea rah tempat duduknya, dan akhirnya sampai. Mily duduk dan langsung memperhatikan dosen yang memarahi Mily tadi. Di tengah-tengah pelajaran, ternyata laki-laki yang duduk di sebelah Mily berbicara, “Hi, dulu kamu yang pernah bertabrakan denganku kan?”. “Emm, iya! Hehe….”, jawab Mily. “Aku Ricky! Kamu?”, tanya Ricky. “Aku Mily!”, jawab Mily.
            Hari ke hari Ricky dan Mily semakin akrab dan bahkan menjadi sahabat, memang terlalu singkat. Suatu hari, Ricky mengungkapkan perasaannya terhadap Mily, “ Mily, aku mau ngomong!”, kata Ricky. “Mau ngomong apa, Ky?”, tanya Mily. “Aku…Aku…Aku suka sama kamu Mil, dari awal kita bertabrakan aku sudah suka sama kamu!”, kata Ricky. Mily hanya kaget mendengarnya, tapi Mily masih takut untuk mencintai orang lain, Mily masih menunggu Ryan sampai dia datang, “Ky, baiknya kita bersahabat, karena… aku masih menunggu seseorang! Maaf ya, Ky!”, jawab Mily dengan senyuman. “Baik, Mil. Tidak apa-apa! Aku ngerti kok!”, kata Ricky tegas.
            “ (dalam hati) Aku ingin mencintai orang lain, tapi aku tidak bisa melupakan Ryan. Ryan, kamu dimana sekarang?”, kata Mily.
            Setiap hari Mily menunggu Ryan di depan gerbang universitas, terasa Mily masih memiliki Janji dengan Ryan. “Ryan, kenapa kamu tidak datang? Aku pun tak bisa menghubungimu karena kamu pindah rumah. Apakah kamu benci padaku? Tapi, apa salahku?”, kata Mily dalam hati.
            Air mata Mily pun mulai keluar. “Air mataku mulai keluar, Kalau sampai orang lain lihat, nanti dikira kenapa !”, kata Mily.
            Ricky tiba-tiba datang menghampiri Mily yang sedang berdiri di depan gerbang, dan Mily pun kaget melihat Ricky datang. Ricky semakin dekat, dan sampai di samping Mily. “Wah! Ada Ricky datang, aku takut dia melihatku mengeluarkan air mata, dan takut dia bertanya banyak hal!”, kata Mily berbisik. Tapi, dugaan Mily meleset, ternyata Ricky datang menghapiri Mily tidak dengan mengeluarkan sepatah kata apa pun, Ricky hanya duduk di samping Mily, bersandar di gerbang Universitasnya dan hanya diam. Mereka hanya diam, dan tak ada yang berbicara, tiba-tiba Ricky berkata, “Kalau kamu ingin bicara, aku siap mendengarkannya!”. Mily pun berkata, “Ky, apa…kamu benar-benar suka sama aku?”. “Berapa kali aku bilang? Iya, Mil!”, jawab Ricky santai. “Tapi, mengapa kamu suka sama aku, Ky? Padahalkan kita tidak lama baru kenal?”, tanya Mily bingung. “Kan, aku sudah bilang. Aku suka sama kamu dari kita pertama kali bertabrakan. Emm, pada hari aku lulus test, tidak ada yang menucapkan selamat padaku, baik teman laki-laki atau perempuan, keluarga, tidak ada yang mengucapkan selamat dengan tepat waktu. Hanya kamulah, Mil yang mengucapkan selamat padaku. Dan, aku benar-benar senang, padahal kita tak saling kenal.” jawab Ricky panjang.
            Mily pun senyum, dan akhirnya tertawa karena diajak bercanda dengan Ricky. “Hmm, aku memiliki permintaan!” kata Ricky serius. “Permintaan apa?”, tanya Mily heran. “Aku terus ingin meminta, kamu tertawa bahagia seperti ini!”, jawab Ricky.
            Akhirnya Mily mulai bercerita tentang hidupnya, “Dulu, ada seseorang yang sangat ku sukai. Pada hari pengumuman kelulusan test masuk universitas, dia berjanji akan datang menemuiku di depan gerbang ini. Tapi, dia tidak pernah datang dan mungkin meninggalkanku!”. Ricky kaget dan terharu mendengar cerita Mily. “Sekarang aku belum bisa melupakannya, dan susah untuk menerima orang lain.” kata Mily. “Kamu tak harus melupakanny, Mil!”,kata Ricky serius. Mily kaget mendengar omongan Ricky barusan. “Aku akan terus berada di sampingmu, samapai kau bisa menceritakan semua tentang dirinya. Tapi,…”, kata Ricky. “Tapi apa, Ky?”, tanya Mily. Dan Ricky berkata, “Tapi, jangan pernah sedih dan harus tersenyum setiap saat. Dan jangan lupa aku akan menjadi sahabatmu dan terus menjagamu!”. Mily hanya diam dan tersenyum. Ricky mengajak Mily pulang, dan ketika di jalan Mily berpikir, dan berbicara dalam hati, “Aneh sekali, awalnya kupikir aku tidak bisa suka atau mencintai orang lain selain Ryan. Tapi,…”. Mily dan Ricky jalan menuju matahari tebenam dengan bersama-sama.
            Keesokan harinya, Ricky mulai dekat lagi dengan Mily, begitu juga sebaliknya. Ricky suka menjahili Mily, tetapi Mily tidak pernah marah dan hanya sedikit jengkel. ”Sehat kamu hari ini, Mil?”, tanya Ricky khawatir. “Hah! Iya aku sehat. Kamu, Ky?”, jawab Mily. “Aku sih, baik-baik aja!”, jawab Ricky.
            Tiba-tiba Ricky dipanggil oleh guru, dan saat itu juga Ricky menjatuhkan sebuah kertas terlihat seperti kertas foto, dan ternyata benar, Mily langsung mengambilnya dan ternyata, “Ini kan fotoku!”, kata Mily dengan heran. Mily diam sejenak dan tiba-tiba sadar. “Lho! foto ini kan foto yang diambil sama Ryan, Ricky! Kamu kenal Ryan ? Kenpa kamu ada foto ini?”, teriak Mily. “Aku… Aku tak tahu! Aku mendapatkannya dari temanku.”, jawab Ricky santai tapi serius. “Dan… Aku tidak kenal dengan orang yang bernama Ryan!”, lanjut Ricky. “Oh! Huh.”, hela Mily. “(dalam hati) Emm, firasat ku berkata lain bahwa Ricky mengetahui sesuatu tentang Ryan”, kata Mily.
            Waktu telah menunjukkan untuk pulang, Mily mengikuti Ricky pulang dan terus berjalan untuk menanyakan tentang hal tadi. Mily heran dan sangat heran, “Tempat ini kan… ‘pemakaman’!!” Mily melihat Ricky yang sedag berbicara, tapi ternyata tidak ada orang yang diajak berbicara. “Dia sudah melihat fotonya, mungkin waktu telah ditakdirkan untuk mengetahui tentang hal itu, dan saat dia mulai tenang dan memudarkan perasaanya terhadap ‘Ryan’, aku bisa mendampingi Mily!”, kata Ricky. Dan saat mendengar Ricky berkata nama ‘Ryan’, Mily kaget “Ricky?”, panggil Mily. Ricky kaget dan syok mendengar suara Mily, “Mily? Kenapa kamu mengikutiku?”, kata Ricky. Dan tiba-tiba Mily melihat ke arah satu batu nisan yang tadi dihampiri Ricky. Dan ternyata, batu nisan tersebut bertuliskan nama Ryan Astama. “Makamnya Ryan?”, heran Mily sambil mengeluarkan air mata. “Ryan! Kenapa? Kamu bilang ingin merayakan kelulusanku dan kamu berjanji ingin membawakanku karangan bunga ! Kenapa, Yan? Kenapa?”, lanjut Mily dengan perasaan kecewa.
            Tiba-tiba saja Mily merasa pusing dan lemah, dan akhirnya dia pun jatuh pingsan saat itu juga. Ricky langsung kaget dan shock, Ricky pun langsung menangkap Mily sebelum jatuh ke tanah.
            Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Mily pun terbangun dari pingsannya. “Dimana aku?”, kata Mily heran. Tiba-tiba Mily sadar dan mulai menangis kembali, mengingat Ryan. Mily pun langsung meminta penjelasan dari Ricky, agar semua pertanyaan yang dia pendam selama ini dapat terselesaikan dan tidak ada beban lagi dalam hidupnya, “Ricky ! Jelaskan semua padaku ! Kenapa kau bisa mengenal Ryan? Bagaimana Ryan dan kau bisa mengenal? Dan…”, perkataan Mily terhenti karena Ricky sudah memulai menjelaskan. “Begini ceritanya. Ryan itu adalah kakak ku ! (saat Ricky mengatakan itu, Mily sangat kaget dan shock) dua minggu yang lalu kakak masuk rumah sakit karena penyakitnya kambuh kembali. Dia mengidap penyakit kekurangan darah merah atau leukemia.”, singkat Ricky.
            Ricky melanjutkan ceritanya, “Awalnya seperti ini, saat aku menjenguk kakak di rumah sakit, kakak meperlihatkan sebuah kertas foto, yaitu foto mu. Foto yang waktu aku menjatuhkannya. Kakak berkata bahwa dia mengambil foto itu untuk memperlihatkannya pada ku, aku pun bertanya kepada kakak siapa yang berada di foto tersebut, dan kakak pun menjawab bahwa orang yang berada di foto itu adalah orang yang kakak ku sayangi dan dia cintai. Dia memberitahu ku, bahwa aku dan kau seangkatan ketika lulus dari SMU, dan kakak juga mengatakan bahwa dia akan merayakan dan membawakan karangan bunga ketika kau lulus test masuk Universitas, dan yang bikin aku terharu adalah dia ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit agar bisa menepati janjinya pada mu. Dan satu hal lagi, perkataan kakak yang sangat membuatku cemas, yaitu kakak berkata bahwa kalau seandainya sesuatu terjadi pada dirinya, aku disuruh berjanji untuk menjaga diri mu. Aku hanya terdiam dan merasa sedih”.
            Mily benar-benar sangat kaget dan shock mendengar perkataan dan cerita Ricky yang menjelaskan dan menceritakan semuanya dengan panjang lebar, “(dalam hati) Aku… Aku sudah berpikiran yang buruk tentang Ryan dan memaksakan untuk melupakan dirinya agar aku tidak sakit hati. Tapi, ternyata…” kata Mily.
            “Kakak selalu dan terus memikirkan tentang dirimu, Mil. Sampai hari yang seharusnya tidak datang tapi datang juga, yaitu kematiannya. Dia tersenyum lebar setiap memikirkanmu, tapi tiga hari kemudian… Tak ada yang bisa menduganya, aku…bahkan kakak ku pun tak dapat menduganya”, kata Ricky.
            “Ryan ternyata bukan mengkhianati aku, dia sama sekali tidak membenci aku, pikiranku yang buruk ternyata bukan kenyataan. Aku terlalu berpikir negatif pada Ryan.” kata Mily merasa bersalah.
            “Jangan kau menyalahkan diri mu, kau tidak salah apa-apa!” kata Ricky menghibur. Mily langsung meneteskan air mata dan memeluk tubuh Ricky dengan erat dan berkata, “Maafkan aku! Maafkan semua salahku, aku terlalu berpikiran buruk. Maafkan aku!”, teriak Mily bersamaan dengan air mata yang terjatuh setiap detiknya.
            “Karena itu, aku tidak ingin kau mengetahui ini!”, kata Ricky. Tiba-tiba Mily kaget dan langsung melepaskan pelukannya dari Ricky, dan berkata “Tidak! Seharusnya kau memberitahuku sejak awal! Seandainya kamu memberitahuku, aku pasti tidak memiliki pikiran buruk terhadap Ryan!”. Mily pun marah dan langsung membalikkan badan untuk pulan, tetapi Ricky menahannya, “Mily, tunggu!”, kata Ricky. “Apa yang harus ku tunggu?”, teriak Mily. “Tunggu, Mily! Karena, Ryan sedang melihat kita!”, kata Ricky serius. Mily langsung shock dan kaget dengan perkataan Ricky, Mily tambah bersikeras untuk pulang dan meninggalkan Ricky. Mily sudah lenyap dari hadapan Ricky. “Aku sebenarnya tidak ingin melihatnya bersedih, tapi dia bersedih karena aku. Payah sekali aku!”, sesal Ricky.
            Dari hari ke hari, Mily dan Ricky tak ada saling bertegur sapa. Teman-teman Mily dan teman-teman Ricky bertanya-tanya kepada mereka, “Akhir-akhir ini, kok kalian berdua jarang jalan berdua ya?”. Mily dan Ricky hanya diam dan tersenyum kepada orang-orang itu.
            Beberapa hari kemudian, Ricky dan Mily berpapasan di jalan dan tiba-tiba kaki Mily tersandung dan jatuh ke dada Ricky. “Hah? Dadaku deg-degan. Seperti awal aku bertemu Ryan!”, kata Mily dalam hati. “Kau tak apa?”, tanya Ricky khawatir. “Hah? Tak apa! Maaf.”, jawab Mily gugup.
            Saat itu juga Ricky berkata, “Mily! Kenapa kau selama ini seperti menjauh dariku?”. “Em…”, Mily tak bisa menjawab pertanyaan Ricky, karena dia pun tak tahu. “Mily! Jawab! Mily, aku selalu memikirkanmu selama ini.”, kata Ricky. “Hah?”, heran Mily. “Mil, aku… aku masih menyukaimu! Aku tak bisa melupakanmu walaupun sebentar.”, kata Ricky. “Hah? Ky, sebenarnya… Aku juga menyukaimu! Aku tak tahu, setiap dekat atau melihatmu jantungku bergetar keras.”, kata Mily.
            “(dalam hati) Aku mencintai seseorang sekali lagi ? Sanagat aneh, dulu aku gak bisa melupakan Ryan, tapi…”, kata Mily bingung.
            Beberapa hari kemudian, “Mawar merah yang indah ! Cantik sekali. Buat siapa, Ky? Buatku ya? hahaha.”tanya Mily. “Hahaha, tidak! Ini buat kakakku, kakakku paling suka dengan mawar merah, warna merahnya yang kakakku senangi, katanya melambangkan semangat yang membara, semangat untuk kehidupan!”, kata Ricky. “Oh!”, jawab Mily.
            “Emm, kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku ini nggak tahu apa-apa tentang Ryan. Tapi gak tahu kenapa, ku bisa suka sama dia!”, kata Mil heran. “Kalau kak Ryan sampai sekarang masih ada di sini, mungkin kita gak bisa saling mengenal dan dekat seperti ini.”, kata Ricky. “Mungkin juga sih!”, tanggap Mily.
            Beberapa menit mereka hanya diam dan tiba-tiba Ricky berkata, “Mily, aku minta tolong satu hal padamu”. “Apa?”, tanya Mily heran. “Aku ingin, kamu jangan pernah melupakan Ryan! Ya?”, pinta Ricky. Mily terdiam sejenak dan merenungi omongan Ricky dan berkata, “Iya! Aku nggak bakal melupakan Ryan sampai kapan pun.”.
            “Pertemuan pertama, di tengah taman yang sejuk. Dan kedua di tengah universitas yang hangat, akan menjadi kenangan yang tak terlupakan bagiku.”, kata Mily.
            Mily dan Ricky mulai mengangkat kaki menuju ke makam, dimana Ryan di kubur. Mily, menaruh bunga mawar merah di atas makan Ryan. “(dalam hati) sebagai ganti dari janjimu, aku yang akan menepati janjimu yang ak pernah kau tepati!”, kata Mily.
            “Kakak, aku akan mengingat perkataan terakhirmu yaitu untuk menjaga orang yang kau cintai dank au sayangi selama ini, aku akan menggantikan posisi mu untuk menjaganya, aku akan mencintai Mily dengan sepenuh hati”, kata Ricky dalam hati
            “Ryan, aku gak akan melupakanmu sampai ku mati, aku gak akan melupakan semua kenangan yang telah kau berikan kepadaku, hal-hal yang berkesan dalam hidupku, aku akan mengenang semua yang telah kau berikan padaku, dan satu hal lagi, aku akan mencintaimu sampai aku mati”, kata Mily dalam hati juga.
            Mily dan Ricky pun menangis bersedih mengenang Ryan di atas makam Ryan. Dan ternyata ada yang memperhatikan mereka selama ini lewat tubuh Coco, yaitu Ryan. Ryan selalu mendampingi Mily, Ricky dan Coco sampai saat ini, dan akhirnya roh Ryan pun kembali ke alamnya dan hidup dengan tenang.


Ya, mudahan terhibur hahaha. CERPEN yak ? panjang yaaa hahaha. 

Oh iya, ini CERPEN karya GUE tulen !  

:D

Categories:

Leave a Reply