"I LOVE MY FIRST BABY"
Seperti yang kita tahu, atau kita alami ? Bahwa kita memiliki seorang anak itu awalnya selalu seperti anugerah yang turun dan sangat sayang sama anak itu.
Dan itulah yang terjadi saat ini, aku ? Hahaha tentunya bukan aku, ayah ku ? Ya tentu saja.
Sering kali aku mengobrol dengan ibunda tercinta, membahas apa pun yang kita anggap ga penting, dan berujung jadi masalah yang penting. Ibunda (*cie) ku sering bercerita, memiliki banyak cerita, dan membuat ku ingin bercerita.
Dan dari semua cerita dari ibunda, aku hanya ingin bercerita tentang "ILOVEMYFIRSTBABY" (hahahaha padahal ga pake judul pas nyokap cerita, tapi judul itu cukup cocok dengan ceritanya) tentang seorang ayah yang sangat sayang saat anak pertamanya lahir (:') hiks).
Sebenernya ini ga sepenuhnya dari cerita ibunda, tapi karena dia bercerita, eitz otakku jalan (sip (y)). Dan satu lagi, ini ga terlalu bisa dibilang cerita, taapiii.... Ya baca aja lah, kalian bisa bilang "ini" cerita atau apa, itu tergantung keputusan dan opini kalian. Terima kasih. Dan itu saja yang saya dapat ucapkan, kesalahan yang ada itu datangnya dari Allah swt, karena tidak ada manusia yang sempurna. Maka kita akhiri post kali ini dengan baca hamdalah "alhamdulillah..." terima kasih, dan sampai melihat posting saya selanjutnya :)
LOH ?!! Cerita aja belom hahahaha.
Lupakan yg di atas. Oke mari kita simak, pahami dan cermati bacaan yang bisa membuat anda entah menangis, entah garing, tertawa atau apalah.
Ayahku di mata ku adalah seorang yang berjasa, selain ibu ku. Meskipun dia di posisi di bawah ibu ku (bagiku), tapi dia tetap seorang ayah, yang paling berkuasa di rumah.
Aku duduk di ruang tamu, mengapa duduk di ruang tamu ? Karena saat itu lampu (bahasa gaul, yang seharusnya 'listrik') padam, dan semua ruangan betul-betul tertutup kegelapan, dan memang sampai saat saya menulis ini, saya belum memiliki genset , dan saat itu kami sekeluarga hanya ditemani sebuah lampu yang bisa duduk dan bisa di charger. Dan pada saat itu di ruang tamu itu hanya ada aku, adik ku, dan ibu ku, ayah ku yang bekerja di luar kota sebagai kontraktor, yang memang pulang hanya bisa dihitung jari dibandingkan ketika dia berada di kantor nya sana. Dan pada saat kita bertiga berkumpul, bukan karena ketakutan atau apa, tapi sudah menjadi tradisi, bila mati lampu pasti ngumpul di ruang tamu.
Dan saat itulah hawa panas datang ke kita, "panas ! Panas ! -_-" sambil berkipas-kipas (hidup tanpa genset), dengan mendengar lagu-lagu dari handphone emak (maaf bahasa sudah tidak karuan) bergantian dengan handphone ku.
*hening*
Begitu suasana ketika rumah listriknya padam dan sedang mendengarkan music .
Dan selalu begitu setiap listrik padam, dan pasti setiap pembicaraan dimulai oleh ku, dari aku bertanya sesuatu yg ga penting, dan berujung ke sesuatu yg penting ke nyokap ku, dan suatu saat ketika listrik padam, nyokap ku bercerita tentang buapak ku.
"dulu aku deket ya, ma sama buapak ?" | "ah masa sih ? Dari dulu kamu deket sama muamak" | "tapi dulu kan aku sering diajak ketempat kerja, kemana-mana sama dia" | "iya, tapi kalo apa-apa ya muamak juga, adek mu juga" | "oh"
Tapi, ayahku pernah sangat deket sama aku (kata mamak), tapi hanya buapak ku yg ngerasa deket, aku gak. Soalnya pada saat itu aku baru lahir ke dunia ini.
Nyokap ngandung aku selama 9 bulan, saat pertama kali bahwa mamakku hamil, yang nama seorang 'ayah' menjadi 'ayah' pasti bakal seneng kan ? Dan dia memang sudah lama menunggu ini. Mamak ku hamil mengandungku seelah umur pernikahan mereka sekitar 1 tahun, nah baru saat itulah aku dikandung emak ku. Dan ayah ku sangat senang mendengar bahwa ibu ku mengandung.
Ayahku sangat perhatian sama ibu ku, entah kenapa, mungkin naluri seorang ayah (aku belum ngerti, mungkin nanti). Ibu ku penuh dengan perhatian dari ayah, tapi untungnya saja ibu ku ga banyak omong (cerewet) ga seperti kebanyakan ibu yang lain, yang ngidam atau minta ini itu sama suami.
Dan 9 bulan pun sudah tiba. Aku dilahirkan. Dan pada saat itu ayah ku lebih bahagia lagi, punya anak pertama. Dan sewaktu aku menjadi bayi, (ibu ku berkata) ayah ku ini rela-relain pulang setengah hari setiap harinya buat ketemu aku. Selalu begitu, aku terharu dan sangat terharu. Begitu ya perasaan seorang ayah. Dan hingga suatu hari (oh ya, ini sewaktu kita masih tinggal sekitar Bogor, tempat kelahiranku) ayahku mengalami kecelakan, karena kata ibuku dia kangen sama aku, mengalami kecelakaan sewaktu pulang ke rumah. Darah bercucuran kemana-mana, untung saja hanya mendapat jahitan, bukan sampai ….. (tidak perlu disebutkan hehe)
Hmmmm, mendengar cerita tersebut aku sedih banget. Ya itu sedikit cerita, maaf jika kurang memuaskan. Yang pengen ku kasih tau sama para anak adalah
“LAKUKAN APA YANG DISURUH ORANG TUA MU (SELAMA POSITIF) DAN ITU ADALAH SEBAGIAN DARI BALAS BUDI MU UNTUK MEREKA”